Sabtu, 19 Februari 2011

Husein Al Hallaj: Hakikat Diri

Husein Al Hallaj: Hakikat Diri

Hakikat Diri


Hakikat diri


Diri yang terdiri
Diri yang terperi
Diri yang sebenarnya diri
Diri tempat takluknya hakikat diri

Syair Perahu @Hamzah Fansuri




Syair Perahu 
Inilah gerangan suatu madah
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i’tikat diperbetuli sudah

Wahai muda kenali dirimu,
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal diammu.

Hai muda arif-budiman,
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan.

Perteguh jua alat perahumu,
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu

Sudahlah hasil kayu dan ayar,
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya sempurna jalan yang kabir.

Perteguh jua alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.

Muaranya dalam, ikanpun banyak,
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak
ke atas pasir kamu tersesak.

Ketahui olehmu hai anak dagang
riaknya rencam ombaknya karang
ikanpun banyak datang menyarang
hendak membawa ke tengah sawang.

Muaranya itu terlalu sempit,
di manakan lalu sampan dan rakit
jikalau ada pedoman dikapit,
sempurnalah jalan terlalu ba’id.

Baiklah perahu engkau perteguh,
hasilkan pendapat dengan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh tempat berlabuh.

Lengkapkan pendarat dan tali sauh,
derasmu banyak bertemu musuh,
selebu rencam ombaknya cabuh,
La ilaha illallahu akan tali yang teguh.

Barang siapa bergantung di situ,
teduhlah selebu yang rencam itu
pedoman betuli perahumu laju,
selamat engkau ke pulau itu.

La ilaha illallahu jua yang engkau ikut,
di laut keras dan topan ribut,
hiu dan paus di belakang menurut,
pertetaplah kemudi jangan terkejut.

Laut Silan terlalu dalam,
di sanalah perahu rusak dan karam,
sungguhpun banyak di sana menyelam,
larang mendapat permata nilam.

Laut Silan wahid al kahhar,
riaknya rencam ombaknya besar,
anginnya songsongan membelok sengkar
perbaik kemudi jangan berkisar.

Itulah laut yang maha indah,
ke sanalah kita semuanya berpindah,
hasilkan bekal kayu dan juadah
selamatlah engkau sempurna musyahadah.

Silan itu ombaknya kisah,
banyaklah akan ke sana berpindah,
topan dan ribut terlalu ‘azamah,
perbetuli pedoman jangan berubah.

Laut Kulzum terlalu dalam,
ombaknya muhit pada sekalian alam
banyaklah di sana rusak dan karam,
perbaiki na’am, siang dan malam.

Ingati sungguh siang dan malam,
lautnya deras bertambah dalam,
anginpun keras, ombaknya rencam,
ingati perahu jangan tenggelam.

Jikalau engkau ingati sungguh,
angin yang keras menjadi teduh
tambahan selalu tetap yang cabuh
selamat engkau ke pulau itu berlabuh.

Sampailah ahad dengan masanya,
datanglah angin dengan paksanya,
belajar perahu sidang budimannya,
berlayar itu dengan kelengkapannya.

Wujud Allah nama perahunya,
ilmu Allah akan [dayungnya]
iman Allah nama kemudinya,
“yakin akan Allah” nama pawangnya.

“Taharat dan istinja’” nama lantainya,
“kufur dan masiat” air ruangnya,
tawakkul akan Allah jurubatunya
tauhid itu akan sauhnya.

Salat akan nabi tali bubutannya,
istigfar Allah akan layarnya,
“Allahu Akbar” nama anginnya,
subhan Allah akan lajunya.

“Wallahu a’lam” nama rantaunya,
“iradat Allah” nama bandarnya,
“kudrat Allah” nama labuhannya,
“surga jannat an naim nama negerinya.

Karangan ini suatu madah,
mengarangkan syair tempat berpindah,
di dalam dunia janganlah tam’ah,
di dalam kubur berkhalwat sudah.

Kenali dirimu di dalam kubur,
badan seorang hanya tersungkur
dengan siapa lawan bertutur?
di balik papan badan terhancur.

Di dalam dunia banyaklah mamang,
ke akhirat jua tempatmu pulang,
janganlah disusahi emas dan uang,
itulah membawa badan terbuang.

Tuntuti ilmu jangan kepalang,
di dalam kubur terbaring seorang,
Munkar wa Nakir ke sana datang,
menanyakan jikalau ada engkau sembahyang.

Tongkatnya lekat tiada terhisab,
badanmu remuk siksa dan azab,
akalmu itu hilang dan lenyap,
(baris ini tidak terbaca)

Munkar wa Nakir bukan kepalang,
suaranya merdu bertambah garang,
tongkatnya besar terlalu panjang,
cabuknya banyak tiada terbilang.

Kenali dirimu, hai anak dagang!
di balik papan tidur telentang,
kelam dan dingin bukan kepalang,
dengan siapa lawan berbincang?

La ilaha illallahu itulah firman,
Tuhan itulah pergantungan alam sekalian,
iman tersurat pada hati insap,
siang dan malam jangan dilalaikan.

La ilaha illallahu itu terlalu nyata,
tauhid ma’rifat semata-mata,
memandang yang gaib semuanya rata,
lenyapkan ke sana sekalian kita.

La ilaha illallahu itu janganlah kaupermudah-mudah,
sekalian makhluk ke sana berpindah,
da’im dan ka’im jangan berubah,
khalak di sana dengan La ilaha illallahu.

La ilaha illallahu itu jangan kaulalaikan,
siang dan malam jangan kau sunyikan,
selama hidup juga engkau pakaikan,
Allah dan rasul juga yang menyampaikan.

La ilaha illallahu itu kata yang teguh,
memadamkan cahaya sekalian rusuh,
jin dan syaitan sekalian musuh,
hendak membawa dia bersungguh-sungguh.

La ilaha illallahu itu kesudahan kata,
tauhid ma’rifat semata-mata.
hapuskan hendak sekalian perkara,
hamba dan Tuhan tiada berbeda.

La ilaha illallahu itu tempat mengintai,
medan yang kadim tempat berdamai,
wujud Allah terlalu bitai,
siang dan malam jangan bercerai.

La ilaha illallahu itu tempat musyahadah,
menyatakan tauhid jangan berubah,
sempurnalah jalan iman yang mudah,
pertemuan Tuhan terlalu susah.

Hamzah Fansuri

Kamis, 10 Februari 2011

Mimpi, Kemanakah Drimu ?

Siapakah diantara orang waras di dunia ini yang tidak pernah mendapatkan mimpi ?

"Dreams are a succession of images, ideas, emotions and sensations occurring involuntarily in the mind during certain stages of sleep." (Wiki)

Sudah beberapa hari ini saya tidak pernah mendapatkan mimpi walaupun sudah tidur lebih cepat dari biasanya. Kalau pada hari sebelumnya mimpi mimpi buruk dan indah silih berganti datangnya, tapi sekarang ini mimpi seakan menjauh dari tidur saya yang lelap dan membiarkan tubuh dan jiwa saya sendiri tanpa ditemaninya.

Tanpa mimpi, rasaya tidur kurang lengkap dan tidak berkesan sama sekali, paling tidak ketika bangun pagi saya akan berfikir apa makna mimpi saya tadi malam.



Mimpi mimpi yang pernah saya alami :

  • Pernah saya mimpi bisa terbang ke langit yang biru
  • Pernah mimpi bertemu mendiang orang tua laki laki
  • Pernah mimpi berkelana di kutub utara dan selatan
  • Pernah mimpi jadi supir oplet
  • Pernah mimpi mendaki gunung alpen
  • Pernah mimpi jadi penembak jitu
  • Pernah mimpi dibunuh orang
  • Pernah mimpi dikejar kejar hantu
  • Pernah mimpi tenggelam

Yang tak pernah saya rasakan adalah "Mimpi Basah"

Seringkali mimpi malah jadi bahan perbincangan yang hangat diantara para penerima mimpi dan para pentakwil mimpi. Malah ada di buat semacam buku takwil mimpi untuk memberikan petunjuk serta sugesti kepada si penerima mimpi sebagai acuan dalam menjalankan kegiatan sehari hari. Malah yang lebih lagi ada yang mau melakukan sesuatu setelah mendapat mimpi dulu.

Kiranya, walaupun ada atau tidak, mimpi datang kepada kita, segala kegiatan sehari hari dan rencana dalam kehidupan tidaklah harus berpedoman kepada mimpi, sebab kata orang orang tua " mimpi adalah bunga tidur".


Yang sebagus bagusnya ketika dapat mimpi adalah :
" Mimpi rumah terbakar "

Buat wanita, mimpi yang terbaik adalah :
" Mimpi digigit ular "

Buat Kompasianer, mimpi yang terbaik adalah :
" Mimpi rumah dibakar kompasianer lain dan digigit ular "

Buat saya :
" Tetap menunggu Mimpi Basah "


Rabu, 09 Februari 2011

Kucoba Disini


Kucoba disini

Duduk sendiri ditemani sepi
Tanpa kawan di ujung sana
Semoga jadi tempat perenungan
Senantiasa bergelut dalam jiwa
Mengingat masa masa adrenalin tercurah
Dalam ekspresi canda dan argumen yang hangat dan dahaga
Untuk itu..............
Disini saja aku...........tuhan
Tanpa umat.